Siapa tak kenal Anggrek? Anggrek merupakan tanaman berbunga dengan bentuk bunga yang cantik, unik dan awet tidak mudah layu, sehingga banyak disukai dan memiliki nilai ekonomi tinggi. Indonesia yang dilintasi garis katulistiwa, sebagai negara tropis, memiliki agroklimat yang sangat cocok untuk anggrek. Menurut Schuitemann (2007), di dunia ini terdapat sekitar 30.000 jenis anggrek yang secara alami hidup di hutan alam berbagai negara, 5.000 diantaranya terdapat di Indonesia, dan 3.000 diantaranya terdapat di Papua.
Keragaman hayati ini tentu sangat membanggakan, tetapi sekaligus menjadi suatu tantangan untuk mengemban amanah untuk dapat selalu menjaga keberadaan anggrek-anggrek tersebut di hutan alam Kepulauan Indonesia.
Masyarakat Indonesia harus memiliki keingininan untuk mengenal anggrek-anggrek tersebut, bagaimana tempat hidup yang disukainya sebagai habaitat alaminya, sehingga bisa merawat untuk melestarikan anggrek-anggrek alam tersebut tetap eksis di hutan hujan tropis sebagai Flora Nusantara. Keberadaan beberapa anggrek spesies Papua seperti anggrek tebu (Grammatophyllum speciosum Blume), anggrek macan (Grammatophyllum scriptum (Linn.) Blume), anggrek keriting melintir Dendrobium spectabile (Blume) Miq. di habitat aslinya dikhawatirkan mulai menurun bahkan terancam punah karena pengambilan dari alam untuk diperjual belikan secara illegal, Penebangan pohon di hutan secara liar, deforestasi untuk pemukiman, pembangunan jalan/infrastruktur, domestikasi untuk koleksi dan dekorasi. Sehingga perlu usaha pelestarian anggrek alam tersebut baik secara ex situ maupun in situ.
Keistimewaan anggrek nusantara tersebut, maka pemerintah Republik Indonesia membentuk Perhimpunan Anggrek Indonesia (PAI) yang berbadan hukum pada 4 November 1956 dengan salah satu tugasnya adalah memelihara, melestarikan anggrek alam Indonesia dan meningkatkan mutu serta varitas anggrek silangan Indonesia baik berupa bunga maupun tanamannya. Sehingga PAI di tingkat Nasional dan Daerah perlu bekerjasama mengadakan mengenalkan anggrek kepada masyarakat melalui kegiatan promosi, pameran-pameran, perlombaan-perlombaan bunga dan tanaman anggrek baik di tingkat lokal, regional, nasional maupun internasional.
Pada tanggal 1 s.d 6 Oktober 2021 DPD PAI Papua mengadakan kegiatan yang sangat bergengsi dengan tajuk Papua Orchid Show 2021 (POS 2021) di Pantai Holtekamp, Jayapura dengan tema “Mari Lestarikan Anggrek Spesies Papua”. Prof. Dr. Endang Semiarti, MS., M.Sc diundang menjadi Juri untuk Lomba Anggrek pada kegiatan tersebut. Hal ini merupakan amanah yang harus dijalankan sebagai Ketua DPD PAI DIY sekaligus sebagai dosen matakuliah Orchidologi (Ilmu tentang Anggrek) di Fakultas Biologi dan sebagai anggota Dewan Guru Besar UGM.
Keindahan panorama hutan alam Papua yang berwarna hijau bak permadani membentang. Sehingga bisa dipahami apabila Papua menjadi surganya anggrek spesies yang habitat alaminya di hutan. Berdasarkan tempat tumbuhnya anggrek dibedakan menjadi 5 jenis, yaitu anggrek epifit (menempel di batang pohon), terestrik (tumbuh di tanah), lithofit (tumbuh di bebatuan), saprofit (tumbuh di humus), dan amoebofit (anggrek berumbi yang kadang muncul dengan daun saja, atau bunga saja). Berdasarkan pertumbuhan batangnya dikenal 2 tipe anggrek, yaitu anggrek monopodial (hanya mempunyai satu arah pertumbuhan batang ke atas) dan anggrek sympodial (arah pertumbuhan batang kearah samping dengan masing-masing daun tumbuh ke atas). Di hutan Papua yang sangat lebat semua jenis anggrek dengan 2 tipe pertumbuhan batang tersebut dapat ditemukan.
Peserta pameran dan lomba anggrek serta tanaman hias ini adalah anggota PAI baik dari Propinsi Papua maupun dari propinsi lain di Indonesia serta masyarakat umum. Jumlah peserta lomba anggrek dan lomba tanaman hias sebanyak 122 peserta. Juri berjumlah 9 orang terdiri dari Pengurus PAI Pusat dan Daerah, Akademisi dari Universitas dan pemerhati anggrek yang telah berpengalaman di bidang peranggrekan.
Penjurian dalam lomba ini dilakukan dengan cara “Show judging”, jadi dinilai penampilan dari anggrek atau tanaman hias tersebut pada saat dilakukan penjurian, dengan mempertimbangkan aspek Karakteristik bunga, Karakteristik tanaman yaitu kesuburan, kesehatan dan kerajinan berbunga, serta karakteristik umum lainnya seperti Kelangkaan dan Kesulitan budidaya.
Jumlah peserta lomba anggrek dan lomba tanaman hias sebanyak 122 peserta.
Anggrek raksasa endemic Papua Grammatophyllum speciosum yang dikenal sebagai Anggrek Tebu milik PAI Kabupaten Tolikara dinyatakan sebagai juara umum. Anggrek ini memiliki nama lain Grammatophyllum papuanum. Anggrek Vanda tricolor milik PAI DIY menjadi juara 1 section Vanda.
Untuk tanaman hias, sebagai pemenang Best of Show adalah Alocasia lauatherbachianum (Pemilik Bapak Subari).
Salam lestari Anggrek Indonesia.
Masya Allah sungguh luar biasa……maaf utk mndapatkn bukunya pak Franky ttg anggrek specy papua ada kah info?